Berbagai usah telah dilakukan pemerintah untuk memajukan bangsa. Namun, permasalahan tersebut belum bisa teratasi. Perekonomian suatu negara dapat dijadikan patokan berkembang tidaknya negara tersebut. Negara berkembang memiliki sumberdaya yang sangat melimpah, tetapi tidak diimbangi dengan sumberdaya yang mumpuni.
Berdasarkan kutipan Presiden dari kompas.com, hampir setiap negara maju memiliki standar entrepreneur diatas 14 persen. Sementara di Indonesia angka entrepreneur masih 3,1 persen. Rasio tersebut masih sangat rendah dibandingakan negara-negara lain, seperti Malaysia 5 persen, Cina 10 persen, Singapura 7 persen Jepang 11 persen , dan Amerika serikat 12 persen. Artinya Indonesia masih perlu percepatan untuk mendapatkan sebutan sebagai negara maju.
Making Indonesia Revolution 4.0 merupakan salah satu jalan membuat jati diri Indonesia makin terangkat dan maju. Banyak sekali peluang yang dapat diambil, salah satunya yaitu menjadi pengusaha muda untuk meraih kesempatan bisnis di era revolusi 4.0, terutama pada sektor berbasis teknologi digital. Karena ditandai dengan konektifitas serta interaksi teknologi informasi dan komunikasi yang kian canggih, menyebabkan manufaktur produk lebih berkualitas dan semakin meningkat.
Produk yang berkualitas tak luput dari produsen yang handal dan pintar dalam membuat perencanaan. Selain itu, berinovasi juga harus dilakukan untuk bersaing di era reformasi 4.0. Menurut Angela Merkel (2014), industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional.
Sebagai generasi millenial, anak muda zaman now harus melek ilmu teknologi yang kian canggih untuk menghadapi revolusi 4.0. Menjadi entrepreneur tidak hanya skill yang dibutuhkan melainkan ilmu pengetahuan juag harus dikuasai agar ketrampilan berfikir kritis dapat berkembang untuk berinovasi dan berpengalaman menghadapi masalah.
Berdasarkan sindonews.com, world bank (2017) mengkaji bahwa sebanyak 75-375 juta tenaga kerja global diperkirakan akan beralih profesi dimana 65 persen jenis pekerjaan masa depan belum ditemukan, dan lulusan perguruan tinggi diharapkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan berwirausaha. Di posisi inilah status mahasiswa yang berpredikat agent of change menjadi harapan bangsa.
Berwirausaha merupakan kemampuan mengorganisir, mengatur, mengambil resiko, dan mengembangkan usaha yang diciptakan untuk mendapatkan beragam keuntungan. Karena itu seorang wirausaha harus memiliki rasa percaya diri yang kuat dan bisa mempertahankan diri ketika menghadapi berbagai tantangan.
Dukungan lingkungan sangat diperlukan dalam memupuk rasa percaya diri. Minimal bersahabat dengan orang yang berjiwa sekaligus memiliki pemikiran bisnis sehingga dapat membantu merintis bisnis atau malah mewujudkan ide-ide bisnis yang belum terealisasi.
Dalam dunia perkuliahan banyak sekali sarana yang dapat dimanfaatkan untuk mengasah skill dan pengetahuan berkaitan dengan entrepreneur. Namun, banyak mahaiswa yang minim mental sehingga kurang optimal dalam mengaplikasikan pengetahuan yang didapat. Misalnya, ketika komunitas pengusaha mengadakan seminar entrepreneur, mahasiswa hanya mengumpulkan materi belum ada output usaha yang dilakukan dan hasilnya masih zonk.
-Alangkah baiknya, ada pengawasan lanjut dari seminar yang telah diselenggarakan, sehingga mahasiswa menjadi lebih bersemangat untuk mengaplikasikan materi dan membuat komunitas baru agar semakin produktif, sehingga tumbuh banyak pengusaha-pengusaha muda. (Karya; Naily Fadhilatun Nikmah, Kader Kopma Ws).