
Sumber gambar: https://www.aurabiru.com/2019/11/koperasi-digital-koperasi-zaman-now.html
Oleh: Maftukhah Ihtiyati
Rentetan panjang telah menemani perjalanan organisasi ekonomi yang diperkenalkan di Indonesia sejak awal abad ke-20 ini. Tujuannya luhur, memperbaiki dan mensejahterakan kehidupan rakyat kecil. Ia acapkali didengungkan karena mampu berdiri kokoh saat krisis ekonomi melanda negeri tahun 1998. Sederat masalah perlahan menggorogoti kelembagaan dan mengikis integritasnya, menjadikan modal kepercayaan (trust capital) sebagai salah satu modal utama yang ia miliki mulai memudar. Ia bahkan dicap berjalan lamban, timbul tenggelam, bahkan mati suri dan hanya meninggalkan papan nama yang terpasang lengkap dengan logo pohon beringin. Kini, perlahan ia mulai bangkit . Berinovasi atas nama teknologi di tengah pusaran digitalisasi, dengan harapan sentuhan ide gerenasi mudanya. Ia semestinya bisa tumbuh jauh lebih besar, lebih dari sekedar gelar soko guru perekonomian.
Di Era indutri 4.0 kita dihadapkan dengan kenyataan bahwa semua serba digital. Digitalisasi mengharuskan untuk segera menyesuaikan atau bahkan merubah wajah sebuah bisnis. Pilihannya hanya ada dua, melakukan reformasi ke arah digital atau memilih untuk tetap menempuh conventional way. Sayangnya, berbagai badan usaha sekelas dunia yang sempat merajai pasar global terpaksa surut karena tak lagi mampu mengikuti dan mengimbangi dinamisnya permintaan pasar.
Di Era digitalisasi ini Koperasi diminta mereformasi diri agar lebih melek teknologi guna mengikuti perkembanya zaman ini.Pada dasarnya berbagai koperasi telah bertransformasi menjadi koperasi digital sejak beberapa tahun terakhir. Sebut saja, Digicoop dengan tagline“Ownerhsip for Everyone”, hadir sebagai salah satu koperasi digital dengan menyediakan ponsel yang dirancang sebagai platform untuk mendukung mobilitas para anggotanya. KSP Koperasi Nusantara (kopnus) juga hadir dengan aplikasi Kopnus Digi yang mengusung tagline “Live more, easy life” yang memungkinkan para anggotanya dapat mengakses layanan keuangan baik itu pembukaan rekening, simpanan harian, simpanan berjangka, setoran, penarikan, transfer, dan transaksi lainnya secara online kapan pun dan dimanapun, hanya melalui perangkat mobile tanpa mendatangi kantor koperasi
Di lain sisi, start-up berbasis koperasi atau start-up coop juga mulai hadir di tengah-tengah milenial. Start-up coop ini disebut-sebut sebagai cara baru milenial berkoperasi. Sifat kepemilikannya merupakan mitra bersama berbasis gotong royong dan saling berkolaborasi. Prinsip kolaborasi milenial ini diproyeksikan akan terus memunculkan wajah-wajah baru koperasi di zaman now tanpa mengabaikan spirit gotong royong dan kebersamaan. Bukan tidak mungkin, ke depan wajah koperasi tidak lagi hanya sebatas simpan pinjam atau multiguna, melainkan muncul koperasi dalam berbagai bentuk dan jenis.
Mereposisi wajah baru koperasi dalam konteks saat ini patut diacungi jempol. Koperasi tidak lagi terkungkung pada stigma yang melekat selama ini: tertinggal, berjalan lamban, timbul tenggelam, mati suri. Koperasi perlahan hadir dengan wajah baru. Kini saatnya kita tidak terlalu berorientasi pada kuantitas koperasi, melainkan kualitas. Kualitas ini yang diharapkan bisa menjadi fokus untuk memperkuat berbagai sisi, baik di pelayanan maupun kelembagaan, pengembangan bisnis, serta mendorong kesejahteraan para anggotanya. Teknologi digital yang telah ada terus dikembangkan dan dibangun untuk memperluas jaringan bisnis dan konektivitas koperasi, serta pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Dengan teknologi yang melahirkan transparansi dan akuntabilitas diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan melalui kolaborasi dengan mitra strategis. Oleh karena itu, optimalisasi media sosial sebagai platform milenial masa kini dioptimalkan sebagai interaksi dua arah dalam upaya menggaet milenial. Memiliki media sosial atau pun online platform lainnya tidaklah cukup, diperlukan pembaruan dan kreativitas berkelanjutan. Interaksi dua arah, meramu konten dan layanan yang menarik perlu menjadi perhatian, termasuk pemberdayaan komunitas online dan netizen.
Pengawasan intensif dari berbagai pihak termasuk Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Otoritas Jasa Keuangan, berbagai badan usaha koperasi dan komunitas terkait lainnya perlu terus terjalin, termasuk dalam menyikapi investasi bodong berkedok koperasi. Internal koperasi dalam tataran pengurus dan anggota juga perlu melaksanakan internal kontrol agar tercapai tujuan koperasi yang sesungguhnya.
Ke depan, koperasi akan tetap menjadi pilar ekonomi bangsa dan berperan strategis dalam menggerakkan denyut nadi perekonomian yang termanivestasi dalam semangat kolektif, kebersamaan, kekeluargaan dan prinsip keadilan yang telah berakar kuat di masyarakat. Sudah semestinya derap langkah pembangunan koperasi diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Teknologi digital dimanfaatkan untuk menyuguhkan kemudahan, agar suku guru perokonomian tak pernah usang ditelan zaman.
sumber: https://www.kompasiana.com/akmalabudimanmaulana/5dbe78de097f364d6673dfa5/digital-dan-milenial-wajah-baru-koperasi-jaman-now