Oleh : Diah Nur Sa’adah*
Saat ini kondisi zaman semakin berubah sejalan dengan era disrupsi digital atau yang biasa dikenal dengan era revolusi industri 4.0. Era ini membawa berbagai perubahan yang masif di banyak sektor kehidupan manusia ditandai dengan pekembangan industri yang semakin pesat berbasis big data, artificial intelegent dan internet of thing (IOT). Sejalan dengan teori pembangunan atau modernisasi yang menyatakan bahwa pembangunan akan banyak mengorbankan lingkungan, tuntutan industri yang semakin masif ini akan berdampak pada banyak masalah dan salah satunya masalah lingkungan. Permasalahan lingkungan menjadi satu topik bahasan yang tidak berujung. Isu lingkungan bukan hanya terjadi akhir-akhir ini tapi memang sudah sejak lama dibicarakan. Namun, menelisik parahnya krisis iklim yang terjadi beberapa waktu belakangan ini membuat isu ini kembali mencuat di permukaan. Hal ini bukanlah isu biasa, karena permasalahan lingkungan bersentuhan langsung dengan kehidupan umat manusia dan juga makhluk hidup lainnya. Pada dasarnya permasalahan lingkungan ini pun terjadi bukan lain karena perbuatan manusia.
Masalah lingkungan sederhana yang patut disoroti saat ini adalah masalah sampah plastik. Mulai dari proses produksi, konsumsi, dan pembuangan, sampah plastik menghasilkan emisi karbon tinggi yang berakibat pada kontribusinya terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini. Permasalahan yang semakin tumpang tindih ini memerlukan penanganan khusus bukan dengan penghilangan plastik atau pelarangan penggunaannya seperti yang beredar belakangan ini. Karena plastik memiliki peran yang sangat krusial dalam berjalannya industri dan keberlangsungan kegiatan manusia, dan sulit untuk digantikan. Beberapa hal yang menjadi poin permasalahan sebenarnya terletak pada kerendahan tingkat kepedulian masyarakat dalam penggunaan plastik dan rendahnya pengetahuan dan bagaimana pengelolaan agar sampah yang dihasilkan tidak sia-sia.
Permasalahan lingkungan lain seperti pemanfaatan energi terbarukan, yang mana masyarakat masih awam akanhal tersebut. Di sini butuh stakeholder yang tepat yang dekat dengan masyarakat untuk sama-sama mengajak masyarakat belajar dan menciptakan nilai dari apa yang asalnya tidak bernilai seperti sampah dan energi terbarukan menjadi barang berharga dan turut dalam upaya menyelamatkan lingkungan. Pada posisi ini, koperasi adalah stakeholder yang paling tepat untuk mewadahi masyarakat dalam mewujudkan misi baik ini. Seperti yang telah diketahui bahwa pengembangan koperasi di Indonesia yang saat ini tengah terus digaungkan. Dengan kebijakan yang terus dikuatkan, dengan dukungan kolaborasi berbagai pihak dan yang terbarukan dengan kemunculan platform koperasi digital yang semakin mengintegrasi koperasi
Dengan spirit koperasi, mewadahi pengelolaan lingkungan masyarakat dan memanfaatkan kembali digital koperasi dalam pemasaran hasil pengelolaan lingkungan masyarakat maka akan membawa nilai ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Berjalannya revolusi industri 4.0 di Indonesia di satu sisi membawa harapan besar dan di sisi lain membawa tantangan khususnya pada sektor lingkungan hidup. Ketika tidak ada win-win solution yang tepat maka hal itu akan menjadi malapetaka. Permasalahan lingkungan yang tengah up belakangan jarang dikaji untuk penemuan win-win solution yang tepat. Dan win-win solution yang tepat menghadapi masalah lingkungan ini adalah dengan membawa stakeholder koperasi menjadi pemandunya. Koperasi dengan konsep win-win solutionnya dengan jalan kerja sama atau kolaborasi dengan banyak pihak dan menjadikan masalah ini menjadi sumber manfaat.
Kolaborasi koperasi lingkungan digital dengan memanfaatkan koperasi yang ada di masyarakat untuk mengangkat isu lingkungan dan meberikan pemberdayaan pengelolaan lingkungan misal dengan program (Daur Ulang Action). Karena pada dasarnya persoalan lingkungan yang ditimbulkan dari sampah plastik, letak batu permasalahannya bukan pada plastik, tapi pada proses daur ulangnya. Sekretaris Jenderal Indonesian Plastics Recyclers (IPR) Wilson Pandhika menuturkan, “mendaur ulang sampah plastik juga bisa menghasilkan produk yang sustainable yang memiliki nilai ekonomi”. Hal ini bisa dilakukan lewat koperasi dengan proses pemberdayaan daur ulang di koperasi, dan dengan gaya digital koperasi dalam proses pemasaran dan proses penciptaan nilai lebih, maka bukan hal yang mustahil pertumbuhan ekonomi akan tercipta. Berdasarkan data dari Ikatan Pemulung Indonesia, di Bantar Gebang ada sekitar 7.000 tenaga kerja yang mengantungkan hidup dari sampah. Nilai perputaran ekonomi yang dihasilkan dari sampah plastik bernilai sekitar Rp 6,5 miliar. Data tersebut saat plastik belum di daur ulang dengan penciptaan nilai, apabila dengan jalan massif lewat koperasi dengan penciptaan nilai yang tinggi, maka nilai Rp. 6,5 miliar adalah hal kecil yang bisa dicapai hanya dengan pengelolaan ini.
Kemudian masalah lingkungan lain seperti masalah energi terbarukan yang dicanangkan Indonesia. Menurut data Greenpeace, pada tahun 2017 batubara mendominasi pembangkit listrik di Indonesia (58,3% total daya terpasang), diikuti oleh gas (23,2%) dan minyak bumi (6%). Potensi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil sebagai sumber listrik tampaknya masih akan terus berlanjut hingga tahun 2025. Padahal menurut Bambang Brodjonegoro, Kepala Bappenas RI kabinet Indonesia Bersatu jilid 1, esensi dari revolusi industri 4.0 ialah industri yang ramah lingkungan dan sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satunya memastikan ketersediaan energi tidak lagi bergantung pada bahan bakar fosil. Saat ini sosialisai bahan bakar terbarukan masih terus digencarakan oleh Kementerian ESDM. Tidak dibayangka jika ada kolaborasi koperasi digital lingkungan dengan Kementerian ESDM maka kesadaran masyarakat dengan sumber energy terbarukan semakin terbuka lebar, dan mewujudkan makna revolusi industri yang sebenarnya.
Saat dunia sedang mengalami kemajuan yang sangat massif ini, selain kompetisi, kolaborasi adalah yang paling dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yang madani. Dan koperasi memiliki peran yang sangat krusial dalam proses perwujudannya.
Kolaborasi adalah jalan yang tepat dalam menghadapi masalah yang ditimbulkan dari revolusi industri 4.0 saat ini. Dan Koperasi adalah stakeholder yang tepat dalam kolaborasi. Dengan koperasi digital yang beredar saat ini akan mempermudah proses kolaborasi dalam berbagai sektor termasuk lingkungan dan mampu menyongsong pertumbuhan ekonomi yang selalu di cita-citakan Indonesia.